Sabtu, 11 Mei 2013

Evolusi Budaya



EVOLUSI BUDAYA

Budaya evolusi dimulai pada tingkat individu, ketika perilaku seseorang diperkuat oleh efek teknologi. Seorang penemu mungkin menemukan cara baru untuk membuat roda; petani menemukan tanaman pangan yang menghasilkan hasil yang lebih tinggi, dan guru dapat menemukan cara baru untuk mengajar membaca. Budaya yang dikatakan berkembang saat inovasi-inovasi ini diadopsi oleh masyarakat.
Kebudayaan
Budaya atau Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Dewasa ini, kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang dalam arti luas. Berlainan dengar binatang, maka manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Pengertian kebudayaan meliputi segala perbuatan manusia. Kebudayaan juga dipandang sebagai sesuatu yang lebih bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis, bukan lagi "kata benda" tetapi "kata kerja”. Konsep kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi, kendatipun secara akademik orang sering membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Tetapi pada dasarnya keduanya menyatu dalam pengertian kebudayaan secara luas dan dinamis. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan peradaban merupakan dua sisi mata uang yang sama dalam pengertian kebudayaan secara luas. Jika kebudayaan adalah aspirasi peradabanlah bentuk konkret yang mewujud demi realisasi aspirasi itu.
Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi
1. Berdasarkan. Encyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.

Faktor Pengaruh Dinamika Kebudayaan
Evolusi Kebudayaan dan Difusi
Evolusi kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1996: 142) adalah proses perkembangan kebudayaan umat manusia mulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana sampai yang semakin lama semakin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penebaran kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi ini. Proses evolusi menurut Koentjaraningrat (1996: 147) kebudayaan dapat dianalisis secara mikro maupun secara makro. Proses kebudayaan yang dianalisis secara mikro (detail) dapat memberikan gambaran mengenai berbagai proses yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Proses evolusi sosial-budaya secara makro adalah proses yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Difusi menurut Haviland (1993a: 257) difusi adalah penyebaran adat atau kebiasaan dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lain. Menurut Koentjaraningrat (1996: 150) Ilmu Paleoantropologi dapat memperkirakan bahwa makhluk manusia yang pertama hidup di daerah Sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia pada saat ini ternyata telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal ini hanya dapat terjadi dengan proses pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang telah berlangsung selama beratus-ratus tahun lamanya.
Bahan etnografi dan etnografika menimbulkan kesadaran para cendekiawan dan para ahli filsafat di Eropa Barat mengenai besarnya keanekaragaman ciri-ciri ras, bahasa, dan kebudayaan umat manusia di dunia. Disamping cara berpikir evolusionisme universal tidak hanya diterapkan dalam ilmu biologi saja, tetapi juga telah menimbulkan konsepsi tentang proses sosial secara universal. Pada bagian kedua abad ke-19 konsepsi ini mempengaruhi cara berpikir para cendekiawan, ahli hukum, ahli sejarah kebudayaan, ahli folklore, dan para ahli filsafat mengenai soal asal mula dan evolusi kelompok keluarga, asal mula dan eolusi hak milik, asal mula evolusi religi, dan sebagainya.
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua harus dipandang bahwa manusia berkembang dengan lambat (berevolusi) dari tingkat yang rendah atu sederhana ke tingkat yang lebih tinggi atau complex. Proses ini dialami oleh semua manusia, anya saja dengan kecepatan yang tidak sama. Itulah sebabnya bahwa pada masakini masih saja ada manusia atau kelompok yang hidupnya tidak banyak berubah.
Proses Evolusi secara universal
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lamnbat (berevolusi) dari tingkat paling rendah dan sederhan ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan complex. Proses evolusi ini akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan kecepatan yang berbeda- beda.
Teori evolusi religi E.B Tylor
Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:

1.Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisma pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pad asatu saat tidak bergerak artinya mati.
2.Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan ditempat dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ketempat- tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa
Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat meninggalkan tubuh pada waktu manusaia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah.
Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin taufan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati alam.
Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa dalam dunia mahluk manusia.
Referensi :  
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nugroho, Widodo dan Achmad Muchji. 1993. Ilmu Budaya Dasar.
http://antropolog.wordpress.com/2007/08/29/teori-teori-evolusi-kebudayaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar