EVOLUSI BUDAYA
Budaya
evolusi dimulai pada tingkat individu, ketika perilaku seseorang diperkuat oleh
efek teknologi. Seorang penemu mungkin menemukan cara baru untuk membuat roda;
petani menemukan tanaman pangan yang menghasilkan hasil yang lebih tinggi, dan
guru dapat menemukan cara baru untuk mengajar membaca. Budaya yang dikatakan
berkembang saat inovasi-inovasi ini diadopsi oleh masyarakat.
Kebudayaan
Budaya atau Kebudayaan adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan
merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang
membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan
melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan
kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Dewasa ini, kebudayaan diartikan
sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang
dalam arti luas. Berlainan dengar binatang, maka manusia tidak dapat hidup
begitu saja di tengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu.
Pengertian kebudayaan meliputi segala perbuatan manusia. Kebudayaan juga
dipandang sebagai sesuatu yang lebih bersifat dinamis, bukan sesuatu yang
statis, bukan lagi "kata benda" tetapi "kata kerja”. Konsep
kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi, kendatipun secara akademik orang
sering membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Tetapi pada dasarnya
keduanya menyatu dalam pengertian kebudayaan secara luas dan dinamis. Dapat dikatakan
bahwa kebudayaan dan peradaban merupakan dua sisi mata uang yang sama dalam
pengertian kebudayaan secara luas. Jika kebudayaan adalah aspirasi peradabanlah
bentuk konkret yang mewujud demi realisasi aspirasi itu.
Kebudayaan
Dalam Pandangan Antropologi
1. Berdasarkan. Encyclopedia of
Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19.
Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat
istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa.
silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi
tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda
berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang
mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis
masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakan bahwa
kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan
pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang
dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan
itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh
melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.
Faktor Pengaruh
Dinamika Kebudayaan
Evolusi Kebudayaan dan Difusi
Evolusi kebudayaan menurut
Koentjaraningrat (1996: 142) adalah proses perkembangan kebudayaan umat manusia
mulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana sampai yang semakin lama
semakin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penebaran
kebudayaan-kebudayaan yang terjadi bersamaan perpindahan bangsa-bangsa di muka
bumi ini. Proses evolusi menurut Koentjaraningrat (1996: 147) kebudayaan dapat
dianalisis secara mikro maupun secara makro. Proses kebudayaan yang dianalisis
secara mikro (detail) dapat memberikan gambaran mengenai berbagai proses yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Proses evolusi
sosial-budaya secara makro adalah proses yang terjadi dalam jangka waktu yang
panjang.
Difusi menurut Haviland (1993a: 257)
difusi adalah penyebaran adat atau kebiasaan dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan
yang lain. Menurut Koentjaraningrat (1996: 150) Ilmu Paleoantropologi dapat
memperkirakan bahwa makhluk manusia yang pertama hidup di daerah Sabana
beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia pada saat ini ternyata telah menduduki
hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim yang
berbeda-beda. Hal ini hanya dapat terjadi dengan proses pengembangbiakan,
migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang telah berlangsung selama
beratus-ratus tahun lamanya.
Bahan etnografi dan etnografika menimbulkan
kesadaran para cendekiawan dan para ahli filsafat di Eropa Barat mengenai
besarnya keanekaragaman ciri-ciri ras, bahasa, dan kebudayaan umat manusia di
dunia. Disamping cara berpikir evolusionisme universal tidak hanya diterapkan
dalam ilmu biologi saja, tetapi juga telah menimbulkan konsepsi tentang proses
sosial secara universal. Pada bagian kedua abad ke-19 konsepsi ini mempengaruhi
cara berpikir para cendekiawan, ahli hukum, ahli sejarah kebudayaan, ahli
folklore, dan para ahli filsafat mengenai soal asal mula dan evolusi kelompok
keluarga, asal mula dan eolusi hak milik, asal mula evolusi religi, dan
sebagainya.
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua harus dipandang bahwa manusia berkembang dengan lambat (berevolusi) dari tingkat yang rendah atu sederhana ke tingkat yang lebih tinggi atau complex. Proses ini dialami oleh semua manusia, anya saja dengan kecepatan yang tidak sama. Itulah sebabnya bahwa pada masakini masih saja ada manusia atau kelompok yang hidupnya tidak banyak berubah.
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua harus dipandang bahwa manusia berkembang dengan lambat (berevolusi) dari tingkat yang rendah atu sederhana ke tingkat yang lebih tinggi atau complex. Proses ini dialami oleh semua manusia, anya saja dengan kecepatan yang tidak sama. Itulah sebabnya bahwa pada masakini masih saja ada manusia atau kelompok yang hidupnya tidak banyak berubah.
Proses Evolusi secara universal
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lamnbat (berevolusi) dari tingkat paling rendah dan sederhan ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan complex. Proses evolusi ini akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan kecepatan yang berbeda- beda.
Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal, semua hal tersebut harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan lamnbat (berevolusi) dari tingkat paling rendah dan sederhan ketingkat- tingkat yang makin lama makin tinggi dan complex. Proses evolusi ini akan dialami oleh semua masyarakat manusia dimuka bumi, walaupun dengan kecepatan yang berbeda- beda.
Teori evolusi religi E.B Tylor
Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:
Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion, language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:
1.Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisma pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pad asatu saat tidak bergerak artinya mati.
2.Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan ditempat dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ketempat- tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa
Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan
pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas dari tubuh jasmaninya. Pada
waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya dapat
meninggalkan tubuh pada waktu manusaia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat
serupa itu kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada dalam keadaan
lemah.
Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin taufan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati alam.
Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa dalam dunia mahluk manusia.
Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin taufan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati alam.
Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa dalam dunia mahluk manusia.
Referensi :
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Sosiologi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.
1996. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nugroho, Widodo dan Achmad Muchji. 1993. Ilmu Budaya
Dasar.
http://antropolog.wordpress.com/2007/08/29/teori-teori-evolusi-kebudayaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar