Ragam Bahasa
Di dalam kenyataan di masyarakat
terdapat bermacam-macam pemakaian bahasa. Kenyataan ini sering tidak disadari
oleh kebanyakan orang. Akibatnya, timbul anggapan pemakaian bahasa Indonesia
tidak memuaskan, terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa, bahkan di kalangan
guru dan cendekiawan. Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia itu, timbul
dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Pemakaian
bahasa baku dan tak baku berkaitan dengan situasi resmi dan tak resmi. Dalam
situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan-pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi tak resmi, seperti di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Penggunaan bahasa yang dibedakan oleh faktor-faktor tertentu, seperti sutasau
resmi dan tak resmi itulah yang akan dibicarakan di bawah ini supaya kita dapat
membedakan pemakaian bahasa sesuai dengan tuntutan ragamnya. Dengan demikian,
kita tidak akan merampatkan pemakaian bahasa bahwa penggunaan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar tidak ditafsirkan sebagai penggunaan bahasa baku dalam
segala situasi.
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan jika kita
berbicara tentang ragam bahasa. Ketiga kriteria itu ialah :
1. Media
yang digunakan
2. Latar
belakang penutur, dan
3. Pokok
persoalan yang dibicarakan.
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
dapt dibedakan atas ragam bahsa lisan dan ragam bahasa tulis. Di bagian lain,
kedua ragam itu dibicarakan secara tersendiri.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dibedakan menjadi :
1. Ragam
Daerah/Dialek
2. Ragam
Bahasa Terpelajar
3. Ragam
Bahasa Resmi
4. Ragam
Bahasa Takresmi
Berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat
dibedakan atas bidang-bidang ilmu dan teknologi serta seni, misalnya ragam
bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa jurnalistik,
dan ragam bahasa sastra.
Ragam
Bahasa Baku dan Ragam Bahasa Takbaku
Penggunaan bahasa baku dan takbaku bertalian dengan situasi.
Penggunaan bahasa baku berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan (formal),
sedangkan penggunaan bahasa takbaku berkaitan dengan penggunaan bahasa dakan
situasi tidak resmi atau di luar kedinasan. Di samping itu, jarak antara
pembicara dan pendengar yang terlihat dari sikap, juga mewarnai penggunaan
bahasa. Jarak yang dekat antara pembicara dengan pendengar akan melahirkan
bahasa takbaku. Sebaliknya, jarak jauh atau sikap resami antara pembicara
dengan pendengar akan melahirkan penggunaan bahasa baku. Namun, kita harus
berhati-hati bahwa bahasa dalam situasi resmi tidak mesti baku karena topik
pembicaraan juga menentukan pilihan penggunaan bahasa. Dalam pemilihan
penggunaan bahasa yang baku itu selain situasi, perlu diperhatikan juga lawan
bicara, latar (setting), topik, dan tujuan pembicaraan.
Dalam hubungannya dengan ragam bahasa tulis baku, ragam bahasa itu
merupakan hasil penataan secara cermat oleh penggunaannya (bukan eksresi
spontan seperti ragam bahasa lisan) sehingga ragam bahasa tulis itu memenuhi
kriteria yaitu jelas, tegas, tepat, dan lugas. Dengan demikian, kalimat itu
benar.
Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, hakikat, objek,
jadwal, kualitas, dan hierarki. Dari segi makna, penggunaan bahasa yang benar
berkaitan dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna,
Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang bermakna
konotatif (kiasan). Jadi, penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam
bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan itu berkaitan dengan
topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itum bahasa
yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan
sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang baik terlihat
dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
CONTOH
RAGAM BAHASA
Berikut
beberapa contoh ragam bahasa untuk melengkapi penjelasan tentang ragam bahasa
diatas
A. Ragam
Bahasa Lisan Baku
Saudara
Saudara,
Salah satu
lambang kebangsaan kita adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia harus kita jaga biak-baik dan dengan rasa tanggung jawab yang
sebesar-besarnya. Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur Sumpah Pemuda yang
mempersatukan kita sebagai bangsa. Kita bangga bahwa bahasa Indonesia itu telah
tumbuh dan berkembang. Bahasa Indonesia bukan hanya menjadi bahasa pergaulan,
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi, malahan dapat menjadi bahasa ilmu
pengetahuan, dapat menjadi bahasa teknologi. Namun, akhir-akhir ini ada
tanda-tanda yang merisaukan kita dalam penggunaan bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, saya mengulangi lagi ajakan yang saya sampaikan melalui Pidato Kenegaraan
tanggal 16 Agustus 1972, 23 tahun yang lalu, marilah kita menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa yang tertib menunjukkan cara berpikir dan
bertindak yang tertib. Ketertiban itu merupakan dasar bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang tertib. Ketertiban itu dasar bagi
rasa tenteram dan sejahtera. Ketertiban adalah dasar bagi masyarakat yang
modern dan maju. Berpikir tertib, bersikap tertib, dan bertingkah laku tertib
itulah hakikat dari disiplin nasional.
Dikutip
dari Sambutan Presiden
pada
Peringatan Hari Kebangkitan
Nasional
ke-87, 20 Mei 1995
B. Ragam
Bahasa Lisan Takbaku
Nenek bikin setumpuk peraturan yang harus gua jalanin. Habis sekolah kagak boleh
kemana-mana. Siang harus istirahat. Sore mandi, terus belajar. Jajan es atau
gado-gado pun nggak boleh. Apalagi nonton pilem.
"Jangan biasa jajan es" kata Nenek, "dirumah kan banyak
jajan". Dan selalu dikatakan, "Kau harus menabung". Sebal
rasanya, dengan petuah yang setiap hari mendengung di telinga ini. Anehnya,
ayah dan ibu juga kakak sama saja, mereka selalu membela Nenek. Pokoknya gua kesal deh
gara-gara Nenek datang di rumah.
C. Ragam
Bahasa Tulis Baku
Dalam suatu peneliatian lapangan tidak mungkin seorang peneliti dapat
mengamati (observasi) seluruh jumlah subjek yang diteliti. Seorang peneliti
yang harus mengamati kehidupan kaum gelandangan di kota tidak mungkin mempunyai
waktu dan biaya yang cukup untuk mendatangi semua gelandangan yang ada di kota
itu. Ia hanya dapat meneliti beberapa ratus orang di beberapa tempat saja.
Bahkan, seorang peneliti yang harus meneliti suatu desa yang terdiri atas,
misalnya, 3.000 penduduk, kalau ia hendak melaksanakan penelitiannya itu secara
mendalam, tidak mungkin dapat mengamati, mewawancarai, dan mengetes ketiga ribu
orang itu. Sudah baik kalau ia meneliti 300 orang di antaranya saja. Dengan
demikian, sensus penduduk yang diadakan di Indonesia tahun 1972 dilakukan
menyeluruh hanya mengenai tiga variasi saja, yaitu jumlah jiwa, umur, dan seks.
Sedangkan untuk data penduduk yang lebih mendalam, seperti pekerjaan,
pendapatan, tingkat pendidikan, agama, dan mobilitas, hanya diadakan dengan
mengambil bagian-bagian kecil dari seluruh penduduk di beberapa tempat saja.
Bagian-bagian dari keseluruhan (oleh para ahli statistik disebut populasi atau
universe) yang menjadi objek sesungguhnya suatu penelitian itulah yang disebut
sampel,...
Dikutip
dari
Metode-metode
Penelitian Masyarakat
D. Ragam
Bahasa Tulis Takbaku
Konsumen potensial daripada nilai barang dan jasa tidak
hanya dari aspek-aspek fungsional. Konsumenpun tertarik akan kwalitas artistik
serta keindahan barang dan jasa. Banyak sekali barang dibeli karena modelnya, bentuknya,
keindahan, maupun warnanya. Kenyataan ini tidak
hanya penting untuk para pemegang mode, arsitek, seniman, maupunpenata
etalasi toko, melainkan juga untuk pejabat pemasaran. Peranan daripada tampang
yang pada masa lampau hanya penting artinya bagi semua barang-barang konsumen
kini semakin penting guna untuk barang-barang industriil. Karenanya konsumen
perlu diperhatikan.
E. Ragam
Bahasa Sastra
Hanya berdua. Memang, menurut laporan PBB penghuni bumi sudah
berjejalan. Tapi apa salahnya jika keduanya menganggap hanya
ada mereka saja selama ini? Perempuan itu segalanya baginya. Dialah bulan
untuknya saat begadan, dialah es kopyor di saatkeluyuran di bawah
terik matahari, dialah dedaunan hijau, mega putih di langit biru, oksigen, atau
apa saja yang patut dipuja zaman ini.
Sedang bagi perempuan itu, dia adalah rajawali, adalah
gunung, adalah karang, adalah matahari, angin, musik rock, dan entah apa lagi.
Pokoknya lelaki muda itu adalah tumpuan kasih sekaligus kekaguman yang tak
pernah habis.
Dikutip
dari Sunyi Nirmala
Sumber :
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.